Sesi Foto bersama antara dosen dengan Wisudawan FAPERTA UNIBBA
Sehari sebelum wisuda digelar, para
wisudawan melangsungkan kegiatan paturay tineung di Fakultas Pertanian
Universitas Bale Bandung. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membekali para
wisudawan dalam menatap masa depan dan mengenal dunia kerja secara umum. Selain
pelepasan secara simbolis oleh Dekan Faperta, pada kesempatan tersebut juga
mahasiswa dibekali secara rohani dengan tausiyah dan do’a yang diberikan oleh
Bapak Atep Komussudin, MAg. Kegiatan
paturay tineung diakhiri dengan muhasabah (evaluasi diri) bersama-sama antara
mahasiswa dan dosen, serta berjabat tangan untuk saling memafkan.
Berikut ini daftar nama 22 Mahasiswa lulusan Faperta UNIBBA yang melangsungkan wisuda, 29 Desember 2018 :
1.
Anggi Ginanjar
12.
Robi Yanto
2.
Dede Sopian
13.
Bella Ayu Puspa Dewa
3.
Rohmat
14.
Hanif Karimi
4.
Santana
15.
Muhamad Yusuf A.K.J.
5.
Cecep Firmansyah
16.
Ade
Daryanto
6.
Iman Awaludin
17.
Rizky Purnama Sidik
7.
Siti Rohmah
18.
Feisal Bintang Prayoga
8.
Wisnu Ginanjar Supriadi
19.
Yusuf Toni
9.
Agung Prawira Ismanto
20.
Elfandi Kurniawan
10.
Cika Suryani
21.
Zonius Qalzat Oktobery
11.
Sandy Bagus Mulyana
22.
R Youce Chandara J.T.
Foto para Wisudawan dalam Wisuda Sarjana Tahun Akademik 2017-2018
Raut
gembira nampak terpancar dari wajah para wisudawan. Mereka siap mengamalkan
ilmu pengetahuan yang telah mereka peroleh semasa bangku kuliah. Pengetahuan
yang tidak akan pernah terputus hingga akhir zaman. Pengetahuan yang dapat
membawa kemaslahatan baik untuk diri para wisudawan dan masyarakat pada
umumnya.
“Alumni Faperta UNIBBA selain wajib menjaga nama baik Almamater, diharapkan juga dapat berkontribusi langsung guna kemajuan pertanian dan kesejahteraan petani Indonesia”, ungkap Dekan Faperta Yudi Yusdian, SP., MP. Selain itu, seluruh Civitas Akademika Fakultas Pertanian UNIBBA juga mengucapkan selamat kepada para Wisudawan. Pengetahuan yang bermanfaat ialah pengetahuan yang dapat membawa perubahan Indonesia menjadi semakin baik.
Faperta UNIBBA bisa, petani sejahtera, Indonesia jaya ! (red-Pers_Faperta UNIBBA)
Rektor (tengah), Dr. H. Nasep Rachmat, Ir., MM., MSi. (Brigjen. TNI (Purn)), Noor Utomo, Ir., MP. (kedua dari kiri), dan dosen UNIBBA melakukan kunjungan ke Bank Sampah Bersinar, Bojongsoang, Kab. Bandung
Pada hari Kamis, 29 November 2018 Mahasiswa
Universitas Bale Bandung mengunjungi Bank Sampah Bersinar (BSB) yang berlamat
di Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Kegiatan kunjungan tersebut merupakan salah
satu bagian persiapan KKN Tematik Tahun Ajaran 2018-2019. Mahasiswa, khususnya
keluarga Fakultas Pertanian UNIBBA mendapatkan pelatihan untuk dapat memilah
berbagai macam sampah dan membuatnya memiliki nilai jual tertentu.
Sampah dapat dikategorikan menjadi
sampah an-organik, sampah organik, dan sampah berbahaya (limbah B3). Hingga
saat ini, beberapa pengepul dan penampung utamanya hanya menerima sampah
an-organik berupa limbah plastik. Limbah plastik berbentuk gelas dibersihkan
dan dibuang bagian bibirnya yang keras supaya bernilai jual tinggi. Sedangkan
limbah plastik berbentuk botol dipisahkan tutup botolnya.
Bagaimana
dengan limbah organik ?
Untuk menangani limbah organik skala
rumah tangga, perlu dibuat lubang penampungan guna mengubur limbah tersebut.
Sifatnya yang mudah terurai menjadikan limbah organik cepat mengeluarkan bau
yang kurang sedap. Tantangan selanjutnya yaitu kepemilikan lahan yang sempit
diperkotaan, khususnya untuk warga disekitar bantaran Sungai Citarum.
Mahasiswa tengah melakukan sosialisasi pemanfaatan limbah organik melalui pot komposer, disertai dengan sosialisasi pemanfaatan limbah melalui program reuse, reduce, dan recycle.
Oleh karenanya, Keluarga Mahasiswa UNIBBA mengusulkan untuk memfasilitasi warga masyarakat dengan membuat pot komposer. Pot tersebut sama seperti pot tanaman pada umumnya, namun didalamnya terdapat satu ruangan khusus untuk menempatkan limbah organik. Limbah organik rumah tangga yang dicacah kecil-kecil selanjutnya ditempatkan dalam ruangan khusus dalam pot tersebut. Selain dapat mengatasi limbah organik secara kuantitas, sekaligus juga menyediakan unsur hara bagi tanaman dalam pot tersebut. Dengan kata lain tidak diperlukan pupuk an-organik untuk pertumbuhan tanaman dalam pot tersebut.
Mahasiswa
juga diberikan seminar untuk dapat memanen air hujan supaya siap dimanfaatkan
oleh masyarakat umum khususnya di lokasi-lokasi penampungan korban bencana. Air
hujan dikumpulkan dalam satu penampungan air besar, untuk selanjutnya
dikeluarkan dan diolah secara bertahap sesuai kebutuhan. Proses pengolahan
tersebut dilakukan dengan bantuan alat penjernih. Adapun alat penjernih terdiri
dari komponen penyedot air, tabung filter/penyaring (saringan berukuran mikro),
dan tabung ultra violet (guna membunuh kuman dan bakteri).
Seyogyanya
pembekalan yang diberikan kepada mahasiswa akan diaplikasikan kepada warga
masyarakat disekitar bantaran Sungai Citarum. Hal tersebut dilakukan guna
mendukung program pemerintah dalam memulihkan kondisi Sungai Citarum yang telah
tercemar.
Sudah
tidak terhitung kerugian yang ditimbulkan dari rusaknya ekosistem DAS Citarum.
Kerusakan tersebut dimulai dari kerusakan ekosistem karena alih fungsi lahan di
daerah hulu. Hal tersebut diperparah dengan pencemaran air berupa limbah pabrik
dan sampah domestik dibagian tengah Sungai Citarum. Oleh karenanya diharapkan
mahasiswa dapat merubah gaya hidup masyarakat disekitar Sungai Citarum untuk
dapat menghargai lingkungan dengan memilah sampah dan tidak membuangnya ke
sungai. (red-Pers_Faperta UNIBBA)
Rabu, 14 November 2018 merupakan hari
yang sangat penting bagi seluruh Civitas Akademika Pertanian Universitas Bale
Bandung (UNIBBA). Pada hari tersebut, terselenggara sebuah kegiatan bertajuk “Praktikum
Lapang” terintegrasi dari angkatan 2015 hingga 2018. Pada kegiatan tersebut Fakultas
Pertanian bekerjasama dengan SMKN 3 Baleendah, serta turut mengundang seorang
Pranata Laboratorium Pendidikan UNPAD, Bapak Nana Bana, SP. Kegiatan tersebut
dibuka secara resmi oleh Dekan FAPERTA UNIBBA, Yudi Yusdian, SP., MP. Beliau
mengatakan bahwa tujuan dari dilaksanakannya kegiatan praktikum lapang tersebut
ialah untuk menjadikan Mahasiswa FAPERTA UNIBBA sebagai SDM yang unggul dan
handal. Selain itu juga untuk menambah kuatnya ikatan kekeluargaan seluruh
Civitas Akademika FAPERTA UNIBBA.
Keluarga Besar Fakultas Pertanian UNIBBA melakukan sesi pemotretan sebelum kegiatan Praktikum Lapang dimulai.
Pengenalan ALSINTAN oleh Bapak Ade Sutardin (sebelah kanan)
Bapak
Ade Sutardin, MP. (mewakili SMKN 3 Baleendah) memaparkan sekaligus mempraktekan
penggunaan berbagai macam alat mesin pertanian (alsintan). Secara tersirat,
Bapak Ade Sutardin memacu Mahasiswa untuk siap terjun kelapang dengan bekal
keahlian khusus serta terampil dalam penggunaan alsintan. Sehubungan dengan
peran alsintan yang mutlak dibutuhkan dalam pembangunan pertanian, maka
diperlukan kecakapan mahasiswa dalam pengoperasiannya.
Mahasiswa FAPERTA UNIBBA tengah menjajal menggunakan Traktor (pengolahan tanah sawah)
Penerapan
alsintan diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas dan efisensi kerja
petani. Memecahkan beragam masalah petani mulai dari ongkos produksi, menekan
kehilangan hasil usahatani, hingga pada peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani. Bertalian dengan
hal tersebut maka kecakapan mahasiswa sebagai agen transformasi ilmu
pengetahuan perlu dikembangkan secara maksimal.
Dukungan yang telah pemerintah berikan
berupa pengadaan alsintan baik pra maupun pasca-panen perlu didukung oleh
keahlian dalam pengoperasiannya. Sejak Tahun 2012 hingga 2017, sudah tercatat
ratusan ribu unit alsintan yang diperbantukan bagi kelompok tani diseluruh
Indonesia. Dengan kecakapan Mahasiswa FAPERTA UNIBBA, bukan hal yang mustahil
untuk dapat menggunakannya seoptimal mungkin dan merawat alsintan dalam lingkup
lokal (Jawa Barat) maupun Nasional.
Pada kesempatan tersebut, Bapak Nana
Bana mengenalkan kepada seluruh mahasiswa 4 alat Agronomi. Keempat alat
tersebut yaitu leaf area meter, pH
meter, lux meter, klorofil meter, dan
grain moisture meter. Leaf area meter yang diperkenalkan yaitu
sebuah alat portabel khusus untu mengukur atau mengetahui luas dan lebar daun
tumbuhan. Sedangkan pH meter yang diperagakan merupakan sebuah alat ukur untuk
mengetahui kadar atau nilai kemasaman tanah. Selain itu, lux meter juga dipergunakan untuk mengukur intensitas atau tingkat
pencahayaan matahari untuk proses fotosintesis tanaman.
Foto Bapak Nana Bana, Pranata Lab. Pendidikan UNPAD (tengah)
Pengukuran pigmen fotosintesis klorofil
yang diperagakan pada dasarnya merupakan pengukuran cahaya yang diterima oleh
daun dan yang dipantulkan kembali ke alat ukur. Adapun penyinaran yang alat
ukur berikan yakni berupa sinar artifisial red
dan infared. Selain itu, demonstrasi
grain moisture meter juga mendapat antusias yang tinggi dari mahasiswa.
Instrumen tersebut ditujukan untuk mengetahui kelembaban kadar air pada suatu
biji-bijian seperti padi, jagung, kopi, kedelai, dan sebagainya.
Perkembangan teknologi dewasa ini perlu
diimbangi dengan pengetahuan, kemampuan mengoperasikannya, dan bijak dalam
penggunaan peralatan tersebut. Praktek Lapang Terintegrasi ini dirasa nyata
dapat meningkatkan hard dan soft skill Mahasiswa FAPERTA UNIBBA
untuk membantu petani menuju swasembada pangan. Selain itu juga untuk melatih
sensor sensitiveness dan wisdom mahasiswa dalam rangka meraih
impian ketahanan pangan berkelanjutan. (red-Pers_Faperta
UNIBBA)
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA)
Kab. Bandung H.A. Nono S. Sambas membuka acara mimbar sarasehan yang rutin
dilaksanakan oleh KTNA Kab. Bandung setiap tahunnya. Dalam acara tersebut,
Bapak H. Nono mengutarakan cepatnya alih fungsi lahan pertanian dikarenakan
proses pembangunan infrastruktur, perumahan, dan industri. Proses alih fungsi
lahan yang terjadi bersifat masif hingga saat ini. Padahal pemerintah telah
menetapkan lahan pertanian abadi untuk menyelamatkan petani, komoditas
pertanian, dan menuju swasembada pangan. Hal tersebut dipandang hanya sebatas
kabar gembira tanpa implementasi yang jelas.
Foto : Ketua KTNA H. A. Nono S. Sambas sedang memberikan pandangannya dihadapan peserta mimbar sarasehan
“Penerapan sistem Agronomi yang
dipadu-padankan dengan Agribisnis merupakan row
model yang perlu petani terapkan kedepan,” ungkap H. Nono. Perlu dilakukan
suatu analisis kelayakan usaha tani atas komoditas tertentu yang ditanam pada
suatu lahan, yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar sebagai pembobot utama.
Sehingga dituntut kreatifitas pengemasan oleh petani.
Pada Kesempatan yang sama, Bupati
Kabupaten Bandung H. Dadang M. Nasser
turut mendengarkan keluh kesah Kelompok Tani Kabupaten Bandung. Beliau
mengatakan bahwasannya perlu energi dan sinergi ekstra yang dibangun oleh
kelompok tani, pemerintah, dan perguruan tinggi. Sehingga permasalahan yang
berkaitan dengan administrasi dapat diselesaikan dengan tepat oleh Pemerintahan
Kabupaten Bandung, dan pemecahan masalah yang lebih teknis seputar Agronomi dan
Agribisnis dapat kelompok tani pecahkan bersama-sama perguruan tinggi.
Kreasi dan inovasi dalam meningkatkan
pendapatan petani merupakan suatu kewajiban bagi keberlanjutan pertanian di
Indonesia. Peningkatan tersebut setali tiga uang dengan alih fungsi lahan.
Pemerintahan Kabupaten Bandung telah beberapa kali andil dalam menekan alih
fungsi lahan pertanian. Namun, faktor rendahnya pendapatan petani (pemilik
maupun penggarap) menjadikan mudahnya alih fungsi lahan tersebut terjadi.
Foto : Bupati Kab. Bandung (kiri), Ketua KTNA (tengah), dan Ka. Dinas Pertanian Kab. Bandung (kanan)
Foto : Dosen FAPERTA UNIBBA turut serta dalam mimbar saresehan
Seirama dengan pernyataan Bupati
Kabupaten Bandung, Civitas Akademika FAPERTA UNIBBA juga memiliki salah satu
target yaitu memajukan dan mensejahterakan petani. Oleh karenanya maka FAPERTA
UNIBBA dalam hal ini dosen, mahasiswa, dan seluruh instrumen pendukungnya
menyatakan siap ikut terlibat dalam percepatan swasembada serta peningkatan
kesejahteraan Kelompok Tani Kabupaten Bandung.
Selain itu juga, Civitas Akademika
FAPERTA UNIBBA ikut menghadiri world food
day yang diselenggarakan di Dome Bale Rame Sabilulungan dari tanggal 7 – 9
November 2018. Pada event tersebut
banyak sekali booth yang menyajikan
berbagai macam hasil pertanian khas daerah Kabupaten Bandung dan sekitarnya. (red-Pers_Faperta
UNIBBA)
Proses pengenalan kampus untuk Mahasiswa FAPERTA UNIBBA
Umumnya, proses penerimaan mahasiswa
baru diwarnai oleh kegiatan orientasi yang membebani fisik dan psikis peserta. Tidak
demikian dengan proses pengenalan kampus di lingkungan Fakultas Pertanian
Universitas Bale Bandung. Proses pengenalan tingkat fakultas diselenggarakan
pada hari Jum’at, 14 September 2018. Wajah senang dan semangat tampak mengobati
keletihan yang pastinya peserta alami.
Peralihan suasana belajar dan mengajar
dari semula Sekolah Menengah menjadi Perguruan Tinggi bisa jadi berakibat menurunkan
potensi akademik dan moril mahasiswa, bila tidak diiringi dengan proses
pengenalan kampus. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa akan diberikan kebebasan
belajar dan mengembangkan kepribadian yang bertanggung-jawab sesuai
batasan-batasan tertentu.
Sesi foto bersama setelah Seminar
Dekan Faperta UNIBBA Yudi Yusdian,
SP.,MP,
mengutarakan bahwa mahasiswa merupakan sentral (subjek sekaligus objek)
pendidikan. Dosen secara tidak langsung mengarahkan mahasiswa untuk dapat
meningkatkan kemampuan intelektualitas yang mengedepankan akhlak mulia.
Selanjutnya, Dekan menyebutkan bahwa kelas merupakan laboratorium kecil tempat
interaksi, berkumpulnya permasalahan, sekaligus sebagai tempat munculnya solusi
akademis ilmiah, dengan semangat intelektualitas yang berkeadilan serta bertanggung-jawab.
Harapan baru tertanam kepada generasi
penerus bangsa, “Mahasiswa Baru Program
Studi Agroteknologi dan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Bale
Bandung.” Merupakan garda terdepan guna
mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. (red-Pers_Faperta UNIBBA)
Dosen Faperta UNIBBA (kiri : Putro H. Setiko, MSi. Kanan : Dr. Endang Kantikowati, MP.) melakukan sesi pemotretan sebelum acara seminar dimulai
Pada hari Kamis, 6 September 2018 bertempat di Aula STIE EKUITAS, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung (UNIBBA) mengikuti sebuah seminar yang berkaitan dengan program pengabdian pada masyarakat. Narasumber yang hadir dalam seminar tersebut merupakan para pakar dengan bidang keahlian yang beragam, baik bidang kesehatan dan lingkungan, seni dan budaya, pangan, hingga jasa dan pariwisata.
Keempat Narasumber yang hadir dalam
seminar tersebut yakni : Prof. Dr. Rer. nat. Sundani Nurono Soewandhi, Apt
(Reviewer Senior Ditlitabmas Dikti/ Dosen Sekolah Farmasi ITB), Juju Masunah,
M. Hum., Ph.D (Kepala Pusat Ekonomi Kreatif dan Industri Pariwisata LPPM UPI),
Dr. Ade Didik Isnandar, AK.,MSi., CA (Direktur Utama PT Jasa dan Kepariwisataan
Jawa Barat), dan Dr. Marleen S. Herudiyanto, Ir., MS (Reviewer Ditlitabmas
Dikti/ Dosen Teknik Pangan Unpad).
Dalam acara tersebut, narasumber acap
kali memberikan motivasi kepada peserta seminar yang tidak lain adalah para
tenaga pengajar dari berbagai Perguruan Tinggi di Jawa Barat. Keberhasilan
seminar tersebut tampak terlihat dari antusias peserta seminar yang tidak
hentinya melayangkan pertanyaan kepada para narasumber.
Dalam seminar tersebut Prof. Sundani
mengingatkan peran dosen yang inspiratif yakni dosen yang menjalankan Tri
Dharma Perguruan Tinggi meliputi Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada
Masyarakat secara berimbang. Dengan demikian seorang dosen tidaklah menjadi
dosen yang egois ketika menerapkan pendidikan dan penelitian berlandaskan
pengabdian untuk masyarakat. Tidak juga menjadi dosen hedonis yang hanya
menjadikan pengetahuan sebagai alat pemuas kebutuhan pribadi.
Moderator tengah membacakan curriculum vitae dari dua Narasumber sesi I. (kiri : Prof. Dr. Rer. nat. Sundani Nurono Soewandhi, Apt. Tengah : Juju Masunah, M. Hum, Ph. D).
Terungkap dalam seminar bahwasannya
sebanyak lebih kurang dari 97 % pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh
dosen, gagal mensejahterakan masyarakat. Selain itu, hanya sekitar 4 % hasil
dari penelitian yang dapat dimanfaatkan produknya secara langsung oleh
masyarakat. Olehkarena itu, paradigma penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat perlu dirubah. Permasalahan muncul secara alami dari tengah masyarakat,
bukan rekayasa dibalik meja untuk mencari dana guna penyelesaian penelitian.
Pendampingan masyarakat-pun perlu dilakukan secara penuh dari hulu (inisiasi),
titian (persuasi), hingga hilir (responsi).
Dr. Marleen S. Herudiyanto, Ir., MS (tengah), melakukan sesi foto dengan peserta seminar yang aktif bertanya
Pada salah satu sesi seminar, Dr. Marleen mengungkapkan bahwa keterlibatan Perguruan Tinggi Swasta dalam Program Pengabdian Kepada Masyarakat masih sangat dinantikan. Selama ini proposal dan makalah pengabdian kepada masyarakat yang masuk ke Dikti masih didominasi oleh Perguruan Tinggi Negeri favorit.
Terdapat tiga kategori dan sepuluh skema
Program Pengabdian Kepada Masyarakat. Kompetitif Nasional, Desentralisasi, dan
Penugasan merupakan tiga kategori Program Pengabdian Kepada Masyarakat.
Sedangkan skema yang dijalankan antara lain yaitu; Program Kemitraan Masyarakat
(PKM), Program Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat
(KKN-PPM), Program Pengembangan Kewirausahaan (PPK), dan sebagainya.
Tujuan dari digalakannya Program
Pengabdian Kepada Masyarakat tidak lain untuk menyelesaikan permasalahan
ketimpangan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan hasil sumber daya dan
potensi lokal spesifik lokasi. Maka dari itu sinergitas Perguruan Tinggi,
Masyarakat, dan stake holders perlu
ditingkatkan. Seluruh Civitas Akademika Program Studi Agroteknologi dan
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Bale Bandung (UNIBBA) dalam hal ini
siap berkontribusi secara ilmiah guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera. (red-Pers_Faperta UNIBBA)
Fakultas Pertanian Universitas Bale Bandung (UNIBBA) menjalin kerjasama dengan Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Bandung untuk pengembangan, penelitian, dan pengabdian bidang pertanian. Penandatanganan dilakukan oleh Rektor Unibba Dr. Nasep Rahmat. Dekan Fakultas Pertanian Yudi Yusdian, S.P, M.P yang hadir bersama Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, dosen, dan mahasiswa serta perwakilan karyawan, mengatakan “Hasil panen khususnya dari padi jauh dari kebutuhan hidup, padahal pertanian ini yang menyediakan bahan pangan bagi warga masyarakat”.